Mekanika klasik
Newtondan yang menjelaskan gerak dinasmis pada benda-benda makrospis
mengelaborasi teori reduksionisme dalam sains menjadi suatu hal yang pasti.
Seperti halnya intuisi fisis yang memberikan celah bahwa gelombang dan partikel
bebas merefleksikan angka gelombang yang kontan, maka gelombang tersebut tidak
memiliki informasi tentang posisi partikel di dalam suatu ruang. Namun
nyatanya, dalam gerakannya, partikel, gelombang, dan ruang juga membutuhkan
komponen waktu untuk melaju. Atau justru berhenti dan menderu prinsip
ketidakpastian Heinsberg hingga akhirnya emisi radiasinya melompat dari satu
orbit stasioner ke orbit stasioner lainnya. Ya, berevolusi.
Sama adanya. Kehidupan
dan segala tabir di dalamnya selalu erat kaitannya dengan waktu. Waktu
menjadikan suatu indikator utama dalam mengklasifikasikan setiap kejadian atau
peristiwa yang terjadi. Kesenangan, kesedihan, kemarahan, kebimbangan,
kebingungan dan segala emosi manusiawi yang lainnya. Hal tersebut dikelompokkan
dengan baik oleh waktu. Maka jika waktu diibaratkan sebuah garis yang lurus
dalam orbit stasioner, pada setiap persimpangannya, waktu memberikan peran
gelombang yang berjalan dalam kehidupan manusia. Dimulai dari garis yang sangat
terang, terang, berpendar, memudar, abu, dan gelap. Pada kenyataan inilah,
manusia yang memiliki kehidupan akan diklasifikasikan oleh waktu sebagai
mortal. Yang ada. Mereka akan terus mengalami pergerakan, perubahan, perpindahan,
evolusi, ekspansi, dan revolusi. Maka sia-sialah kepada mereka yang enggan
memahami waktu sebagai tahapan dalam kehidupan. Mereka hanya berkutat pada
simulakrum kejadian lampau yang enggan memberanikan diri untuk bergulir untuk
mengikuti garis-garis dan gelombang yang baru.
Perlahan namun pasti.
Warna terang dalam garis orbit datang dalam kehidupan memperkerjai sesuatu yang
pasti. Seperti datangnya bahagia atau juga kesedihan yang tanpa bisa diduga.
Ada masa ketika segala ruang telah berhenti dan berubah menjadi buncah tangis
yang panjang. Ada pula masa ketika pagi yang terang datang dengan membawa
berbagai peluang dalam genggaman yang sudah lama kosong. Kehadiran indikator
waktu dalam mendefinisikan suatu tahapan inilah yang kemudian menguatkan adanya
intermittency atau ketidaktersinambungan dalam satu periode waktu.
Bergejolak dan terputus-putus. Sebuah anasir dasar dari ketidarktersinambungan
itu sendiri memberikan telaah dalam paradigma reduksionisme yang mana
konseptual ini hanya melihat bahwa dunia hanya hitam dan putih. Maka ibarat
saja waktu menjadi sebuah periode garis kehidupan yang lurus, tentu manusia
harus bersiap menghadapi garis-garis abu atau hitam dalam hidupnya. Dalam hal
ini, relativitas seperti turbulensi yang membingkai suatu waktu dalam
gambaran-gambaran kecil kehidupan. Potongan demi potongan ini akan terpisah
dengan sendirinya, seperti pixel-pixel gambar dalam film.
Lagi. Tanpa sadar. Terang dalam hidup tidak berangsur pudar karena garis itu yang dimiliki tidak selalu melalui garis-garis abu kehitaman, yang menimbulkan kusutnya benang-benang radio, yang memecahkan kefokusan, atau yang merusak keniscayaan. Namun, garis tersebut akan berpendar pelan menuju keterangan. Merancang sistem. Terciptanya sebuah sistem pada dasarnya diakibatkan oleh atraktor yang terus memberikan feedback atas dirinya. Proses berarus-balik inilah yang teraplikasi hingga sampai pada garis terang yang memaksa kita untuk memilih. Perhelatan baru dalam kepala manusia ketika telah disodorkan kegelapan garis masa dalam hidupnya, ialah ketika ia dihadapkan dengan pilihan. Memilih untuk kembali menata hidupnya, atau memilih untuk menjadi yang terpuruk. Atau bahkan mencari cara baru. Ya, atau justru berpindah dan berevolusi. Dalam pilihan-pilihan inilah kemudian lagi dan lagi manusia akan menghadapi risiko-risiko yang baru. Kemudian hidup akan kembali dualitas, hitam atau putih. Dari sanalah kemudian revolusi akhirnya tercipta.
Referensi
Greiner, W. Quantum Mechanics An Introduction, S.Springer-Verlag, Berlin Heidilberg, 1992.