Angin berhembus menjilat kulitmu dengan resah. Kau genggam pasir sekepal, lalu kau hamburkan ke udara. Berlari-larian menapaki jalanan berpasir. Mungkin ombaknya tengah surut, dan desau angin pun sedang landai. Matahari baru saja menenggelamkan dirinya, sinarnya merefleksi apik dilautan. Kau terus berlari, kemudian menari-nari. Wajahmu kini samar-samar, hanya terlihat seperti siluet tubuh yang ramping. Dengan rambut tergerai yang indah. Kau sulut api di rokokmu yang mengacung di bibir. Asap itu menguar kemana-mana. Tetiba kau teringat akan ejekan-ejekan teman-temanmu di kampus dulu, tentang pakaianmu yang aneh ataupun gayamu yang berbeda. Kau hanya memakai kaos serba hitam, dengan bungkus rokok menyembul di kantung celanamu. Serta memakai jaket kulit warna gelap, tak lupa anting dan lipstick warna hitam. Tak ada yang salah bagimu. Kau hanya penggemar warna hitam, bukan pengikut aliran sesat yang layak untuk dihujat. Kau hanya duka memadukan warna. Asap itu terbang ke udara, berhamburan...
Hidup ini adalah goresan yang tak selesai.