Pagi yang hangat kembali menyapa alunan musik merdu yang sudah ku nyalakan dari kotak musik milikku. Hujan terus mengguyur perawakan bumi, menyisakan aroma kenangan yang terus meluluhlantakkan setiap insan yang ada. Rintiknya membiaskan kenangan serta anekdot para pelaku rindu, dinamis, serta membius setiap detik sisa aroma kenangan itu menjadikannya racun yang mematikan. Musik yang beralun semakin beradu, ku alung-alungkan kedua tangan seiring dengan irama. Hingga berhentilah aku pada secercah kenangan yang membuatku berhenti menari, tertunduk lesu, hingga lunglai tak terbendung. Air mataku menguar tanpa perintah, sedangkan ragaku seperti lemas yang entah, degup jantungku mempercepat degupannya, serta bibirku kelu. Aku terbius racun itu. Racun kenangan yang terbias dari rintiknya hujan, memang hujan selalu dapat menghantarkan kenangan dengan baik. Senja yang lalu, kami pernah berdiri di beranda. Melihat sejuta pixel warna yang melengkung menjadi satu, seperti kejinggaan. Berlar...
Hidup ini adalah goresan yang tak selesai.