Ilustrasi foto oleh Azzah Zulfa Maula Kakimu yang jenjang terus menapaki hutan. Berjalan kian kemari dengan membawa sebuah pot bunga kesayanganmu. Salamah mengerlipkan matanya yang ayu ketika melihat sebuah kupu-kupu yang terbang di dekatnya. Bilur dalam hatinya mungkin masih jelas terlihat. Namun, tidak dengan senyumnya yang manis. Kupu-kupu itu hinggap tepat di atas jari telunjukmu. Kau tiupi perlahan dan serangga cantik itu terbang meninggalkanmu. Raut wajahmu tak lagi menggigil ketakutan. Seperti ketika kau menyeringai karena anakmu tertelan ombak itu, atau ketika kau tahu bahwa suamimu hilang di tengah laut. Kau hanya ingin menikmati alam. Itu sebabnya kau menjajakan tubuhmu di sana. Kau memilih untuk menemani pohon kecubung itu tumbuh dengan baik. Kau mengerti pot kecil itu tak sanggup lagi untuk menampung pohon kecubung yang kau tanam. Kau ini tidak gila, kau hanya ingin mengasihi pohon kecubung itu layaknya anakmu sendiri. Sebab dulu kau ambil tanah kuburan anakmu ya...
Hidup ini adalah goresan yang tak selesai.