Tuhan sejagad raya, bersediakah Kau mendengarkan kesah ini? Sedikit saja. Biar semua keluar dari dada yang sesak ini, biar air mata itu membebaskan dirinya dari kengkang nafas yang tersengal-sengal, biar pedih bibir ini menyeruak setelah rakus digigiti oleh kawanan gigi. Tuhan sejagad raya, masihkah engkau mendengarku? Apa Kau mulai jengah sebab kubawa hanyalah kemarahan serta kekecewaan yang kian menggunung? Demi Engkau Tuhan sejagad raya, barisan kata-kata ini bagiku ialah sudut paling sepi. Tidak lagi ada yang tahu betapa riuhnya kepala ini selain semayamku di hadapan Engkau. Tuhan? Apa Kau masih di sana? Sebab dari tadi aku tak mendengar balasanmu. Aku seperti keledai buta yang jatuh dalam lubang berisi air kotoranku sendiri. Meski tak terlihat, lubang ini dangkal sekali. Aku bisa lolos, tapi aku tak melihatnya. Sebab aku buta, Tuhan. Di mataku semuanya begitu tiada. Begitu gelap. Apakah Engkau juga akan menyalahi keberadaanku? Tuhan sejagad...
Hidup ini adalah goresan yang tak selesai.