Langsung ke konten utama

Unlearn

"I'm just trying to get to you...
No, it's not your fault..
Cause If I'm gonna learn how to love you 
I need to unleard how to love too.."



Sebut sebuah lirik dalam lagu. Lirik yang jelas dan padat. Banyak peta di luar sana terjerembab akan kesedihan karena harapannya sendiri. Dicintai dan dibutuhkan oleh prajurit-prajurit untuk membangun strategi perannya. Domestik atau lintas medan.

Terhampar luas peta demi peta yang telah aku siapkan, bagi seorang prajurit yang ingin memerangi waktu. Kian lama, justru aku yang kebingungan kemana arah petaku sendiri. 
Atau mungkin manifestasi yang telah aku hadirkan dalam menyusun peta, enggan lagi bergeming? Prajurit perang justru tidak sampai pada musuhnya. Aku tidak mengerti apa-apa.

Sebagai pembuat peta, aku merasa tidak dipilih lagi. Bukan aku tidak percaya diri. Doa-doa sering kualung agungkan ke udara. Perang sudah berkobar. Di mana-mana. Di Palestina, Israel, dan juga dadaku sendiri. Mungkin saja peta itu, terlalu untuk dipapasi. Terlalu licin untuk berlari. Atau barangkali sang prajurit terlalu enggan menemui kelok. Menilik kebutuhan pun, prajurit lebih butuh ransum dan senjata. Perihal elok jalan menuju musuh, mereka bisa hafal di luar kepala. Bisa saja mereka lebih membutuhkan teknologi kecerdasan buatan untuk mengetahui ruang gerak musuh melalui signal tangkap udara. Atau pula, mereka membutuhkan penghentian kebijakan anti-nuklir sehingga dengan sekali rakit, satu kota bisa mereka hempaskan. 
Hamparan peta hanya strategi konvensional. Tidak lagi berharga. Unlearn. 

Postingan populer dari blog ini

#OpiniRakyat Apa Mulai Dibatasi?

  Musabab tulisan ini tidak diperkenankan di upload oleh Ins**g*m, berkali-kali diunggah tapi gagal, dengan alasan adanya tagar opini rakyat, maka kita abadikan di sini saja.. "Anjirlah dibego-in negara lagi!" Celetuk kita di dalam hati, ketika membaca berita harian di sosmed. Makin hari, negara ini makin lucu ya? Mulai dari kebijakan-kebijakan ambisius yang penerapannya kurang jelas, korupsi, monopoli kekuasaan, sampai pada penindasan terhadap kebebasan berekspresi.  Kita bahkan sangsi, apakah nanti anak cucu kita masih akan mengalami keterpurukan semacam ini atau tidak. Yang jelas, negara telah menjanjikan kedaulatan dan kesejahteraan. Namun, dalam penerapannya, justru membuat rakyat hancur berkeping. Kenapa ya, dalam setiap rezim pemerintahan ini selalu terjadi? Gue jadi ingat sama pemikiran ahli logika modern, Bertrand Russel, tentang kepercayaan diri. Seseorang yang bodoh akan selalu percaya diri, sedangkan orang yang cerdas akan selalu ragu. Jika keduanya diberikan keku...

Yaje Buana

Denting jam terus berbunyi. Suara bising itu melengang. Deru mesin tik yang terus berbunyi kian lama kian mereda. Lembaran kertas usang berserakan di atas meja. Lenguh suara nafasnya mulai menderu. Ada raut kegelisahan pada air mukanya. Perlahan-lahan coretan demi coretan itu terus terseka pada kertas itu, semakin lama semakin penuh. Tak lama, ia berjingkat dari kursi kantornya. Kemudian berputar arah. Dari sudut yang lain, datang seorang perempuan menghampirinya. “Strategi pemulihan kota? Hahahaha!” Ucapnya sembari menjumput selembar dari kertas yang bersebaran itu. Tampak pada raut wajahnya sebuah ekspresi geli namun ada sedikit rasa iba pada sudut matanya. “Tak habis pikir, Pusara Wanta, seorang Kepala Bagian Perumusan Kerakyatan negara ini mulai kebingungan mencari cara.” Perempuan itu menghampirinya selangkah demi selangkah. Menyandingkan dirinya pada tubuh kekar berkemeja yang mulai lusuh itu. Pusara yang tengah membawa segelas kopi arabika membalikkan tubuhnya pad...

Jikalau Rindu Kadaluarsa

Entah dalam konteks apa, kepalaku tiba-tiba menangkap sinyal yang tak biasa. Seperti ingin mencari-cari hal yang telah hilang, atau sekedar mengorek sesuatu yang telah usang terkubur, kepalaku hingar menemukan pertanyaan yang cukup aneh. "Akankah rindu akan kadaluarsa?" Ya, memang terdengar seperti remaja labil yang sibuk melucuti kebodohannya sendiri dalam romantisme cinta monyet.  Terdengar seperti bayangan semu yang digurat secara sengaja, cinta monyet dan romantisme remaja itu seringkali membawanya pada rindu yang enggan berkesudahan, katanya.  Meskipun, tedeng alih seperti romantika teenlit khas generasi akhir 90-an, rindu yang jatuh pada keningku, mungkin mampu dirasakan oleh semua makhluk. Benar saja, sebab ini bukan sembarang rindu, tetapi rindu yang telah digariskan. Seperti garis nadi yang diciptakan melingkar pada tangan, rindu bisa saja jatuh dalam takdir yang sama. Seakan-akan terlihat tidak mampu ditolak, atau diacuhkan begitu saja. Rindu menjelma seperti rina...