Hallo, anak-anak Ibu Peri! Semoga
kesehatan merengkuh tubuh kalian semua ya. Semoga kesadaran juga tenga berada
dalam benak dan mengungkap pikiran kita semua, sehingga kebaikan terus
menghampiri. Lalu masih adakah yang mengganjal dalam hati kalian?
Bulan puasa suda tiba-tiba nih,
betapa cepatnya waktu bergulir dihadapan kita ya? Dengan begitu, saya ucapkan
selamat menunaikan ibadah puasa bagi kawan-kawan yang menjalankan. Dan juga,
saya ucapkan banyak terimakasih bagi kawan-kawan yang masih membaca dan menjadi
pemirsa rutin blog ini.
Antusiasme itu memberikan kekuatan yang telak bagi saya
untuk terus berbagi perihal keseharian saya.
Nah, dalam postingan kali ini
sebenarnya hanya untuk menyapa para
pengunjung blog. Masih ada beberapa cerita pendek yang akan diposting setelah
ini, semoga cepat selesai, ya. Akhir-akhir ini jadwal menulis lepas agak padat
hingga membuat semua daftar tulis mendadak tergeser, kemudian bukan lagi
garapan sesuai dengan urutan pada daftar. Menyedihkan sekali. Huhu.
Namun, apalah daya. Menjadi penulis
dengan bayaran menuntut saya belajar menjadi professional. Kemampuan saya
benar-benar diuji. Barangkali, perihal ini bisa saya masukan menjadi topik tersendiri
dalam blog esok hari, ya. Sebagai daftar tulis lagi. Hahahaha.
By the way, beberapa komentar
menarik sudah Ibu Peri terima melalui email perihal cerbung Simposium Kereta
episode terakhir. Isinya lebih banyak menyayangkan mengapa pada akhirnya sang
putri menyerahkan dirinya lagi pada yang petani padahal sudah ditampar. Ada
pula yang berkomentar bahwa cerita ini cukup menggelitik kewacanaan psikoanalisis
perempuan, di mana bagaimanapun perempuan akan selalu termakan buaian kalimat
cinta. Hal itu bahkan bisa ditilik melalui bagaimana perempuan menyukai hal
yang bersifat memuja, katanya. Menarik sekali. Ibu Peri tidak menyangka, ada
yang menelaah sejauh itu. Betapa bahagia melihat komentarnya!
Namun, ada juga yang memberikan
kritik dan masukan segar untuk konten blog yang sudah tidak semenarik dulu.
Kebanyakan cintanya, katanya. Bahkan ada yang bilang, Ibu Peri lagi jatuh
cinta, katanya. Dari sanalah, saya melihat antusiasme yang tinggi dari
pengunjung blog ini. Jadi, perkenankan saya untuk terus menulis dan meminta
kritik kepada para pembaca semuanya agar tulisan saya terus berkembang dan
layak untuk dibaca.
Satu lagi, menulis bagi saya ialah
bernafas. Bernafas berarti melanjutkan kehidupan. Saya belajar menulis karena
mengerti bahwa membaca tidak semudah memahami.
Selamat Hari Buku Nasional para
pembaca!
#marimenulis #marimembaca
#maribanggajadikutubuku