Anakku!
Jangan menceracau..
serta liar dalam derai hujan
Akan aku dongengkan hikayat Putri Jembawati yang didua suami
Pada seorang perempuan jelita yang lakunya tak tahu diri
Hancurlah hati jadi berkeping sejadinya
Dan anakku!
Sasakala menelisik sunyi pada tubuh tertahan kalang hangat
Serta sela jemari yang hangat saling terpaut oleh dua lengan lalu terkapai-kapai
Berbudilah!
Jadilah perempuan muda yang tak takut mati
Walau dunia ripuhnya bukan kepalang
Ada ibu dalam ruang usang
Menunggumu pulang,
duduk bersama rantang berisi ikan cakalang setengah matang
Yang dimasak dengan api peraduan senang
Tak apa!
Seekor krustasea yang ku pancing telah aku buang
Musabab hidupnya ialah teman nasi untuk makan siang penguasa jalang
Seharusnya mereka peduli pada bumi yang kian kerontang
Habis dihisap para pialang
Mereka ialah suruhan para penguasa berang yang dengan gentar ingin merauk segala macam hasil tambang
Sehingga hutan-hutan meragang
Kisruh pemberontak datang
Sampai-sampai rakyat gamang
Tidurlah tidur, Nimas Ayu!
Dengkur damai dalam perutku..
Nafas paling ditunggu setiap ibu
Purwokerto, 2017