Angin berhembus menjilat kulitmu dengan resah. Kau genggam pasir sekepal, lalu kau hamburkan ke udara. Berlari-larian menapaki jalanan berpasir. Mungkin ombaknya tengah surut, dan desau angin pun sedang landai. Matahari baru saja menenggelamkan dirinya, sinarnya merefleksi apik dilautan. Kau terus berlari, kemudian menari-nari. Wajahmu kini samar-samar, hanya terlihat seperti siluet tubuh yang ramping. Dengan rambut tergerai yang indah. Kau sulut api di rokokmu yang mengacung di bibir. Asap itu menguar kemana-mana. Tetiba kau teringat akan ejekan-ejekan teman-temanmu di kampus dulu, tentang pakaianmu yang aneh ataupun gayamu yang berbeda. Kau hanya memakai kaos serba hitam, dengan bungkus rokok menyembul di kantung celanamu. Serta memakai jaket kulit warna gelap, tak lupa anting dan lipstick warna hitam. Tak ada yang salah bagimu. Kau hanya penggemar warna hitam, bukan pengikut aliran sesat yang layak untuk dihujat. Kau hanya duka memadukan warna. Asap itu terbang ke udara, berhamburan ke langit. Kau ambil sebuah ranting yang ada di dekatmu, lalu kau goreskan sehuruf demi sehuruf di atas pasir. "Freedom" demikian kata yang bisa kau ucap. Kau tahu betul, bahwa kebebasan itu tak ada. Kebebasan itu hanya ilusi. Hidupmu terikat oleh suatu norma. Mungkin bagimu biasa bila lipstick hitam pekat menyapu bibirmu yang halus. Namun, mungkin bagi mereka tak begitu. Mereka menganggap bahwa kau ini berandalan. Menurutmu, kau hanya penikmat seni. Seni tata busana maksudnya. Kau bermaksud untuk berekspresi. Nah, kau pun tahu persis. Itulah tujuannya, ekspresi diri. Tak begitu lama, asap rokok itu habis dengan sendirinya. Kau melempar jauh-jauh puntung itu ke arah laut. Sekarang kau kembali berpikir soal seniman-seniman yang menjual karyanya untuk sejumput nasi. Ah, pikiranmu terlalu jauh. Kau juga akan melakukan hal yang sama, ketika baju yang kau buat diminati banyak butik.
Tiba-tiba telepon genggamu berdering. Sebuah nama bertengger di layarnya.
"Design baju yang Anda bagus. Saya ingin membelinya untuk saya produksi di butik saya. Pastinya dengan harga yang bagus."
Sebuah pesan singkat terbuka olehmu. Kau mematung. Karyamu dihargai orang. Begitukah yang kau sebut ekspresi diri? Yang dapat dijual tuk membeli beras?
Entahlah, asap rokok tadi telah sirna.