udara dingin meruah
malam mulai ditumbuhi gerimis tak berkesudahan
bias cahaya berwarna-warni
jalanan sunyi seperti ujung kota
pyar!
bunyi apa itu?
tak ada sesiapa..
siapa yang gaduh sekali?
kepalamu sendiri
malamku ditertawai angin
Jalan Raya Puncak Pass, 18 Febuari 2017
Ada yang tak baik dari seluruh percakapan dalam otak ini. Sebentar lagi proses pentas ini akan dimulai, sudah kepalang janji aku kepada seluruh penduduk Lakon Moksa. Untuk mengumpulkan tubuh dan jiwanya menjadi satu pada tanggal 20 Febuari 2017. Itu berati dua hari lagi acara akan dimulai. Benar-benar ada yang salah dengan percakapan dalam kepala ini. Ia harus membebaskan dirinya dari segala rupa kecemasan. Ia harus mempersiapkan dirinya agar sanggup menghadapi apapun yang terjadi nantinya. Tidak lagi usaha tubuh yang harus selalu baik setiap saat, sehat setiap saat. Namun, pikiran pun demikian. Kau harus menjadi kepala dalam perjalanan panjang ini. Tiba-tiba sebulir air mata meneteskan dirinya, mampu atau tidak aku akan menghadapi perjalanan panjang ini dengan segala macam rintangan. Walaupun tiada yang dapat menyokong kerapuhan kaki ini, bahkan pada saatnya aku harus termenung berbicara pada dinding-dinding kamar ketika rasa lelahku menghadapi tim panggungku. Apa yang salah dengan percakapan di dalam travel itu? Tubuhku sebentar lagi akan sampai pada medan perangnya. Tak boleh ia menunjukan keresahannya di antara seluruh prajurit yang akan ia pimpin. Ketika mereka harus menapaki segala macam tebing keresahan, sengat mentari membakar kulit arinya hingga mereka kelelahan menahan dahaga. Otak banal! Ia tak seharusnya memikirkan hal-hal yang buruk macam itu. Seharusnya dalam kondisi seperti ini, ia mampu menyuguhkan segala rupa kebahagiaan ketika semuanya terlaksana dengan baik. Bukan lagi memikirkan bagaimana aku harus mengelola konflik yang memusingkan.
Tunggu! Penulis skeptis! Begitu banyakkah pikiran busukmu tentang dirimu sendiri? Kau mampu mengelola konflik dalam batinmu itu sebagai bagaian dari caramu mempersiapkan mental. Akan ada banyak hal yang harus kau lampaui sendirian pada ujungnya. Nikmati saja sisi gelap dalam tubuhmu, menjadi orang skeptis yang gemar menulis. Bila kau yakin, kau akan mendapatkan kebahagiaan yang kau tuju.
Dan lagi, malam itu, di dalam mobil travel menuju Purwokerto, aku kembali ditertawakan angin.
malam mulai ditumbuhi gerimis tak berkesudahan
bias cahaya berwarna-warni
jalanan sunyi seperti ujung kota
pyar!
bunyi apa itu?
tak ada sesiapa..
siapa yang gaduh sekali?
kepalamu sendiri
malamku ditertawai angin
Jalan Raya Puncak Pass, 18 Febuari 2017
Ada yang tak baik dari seluruh percakapan dalam otak ini. Sebentar lagi proses pentas ini akan dimulai, sudah kepalang janji aku kepada seluruh penduduk Lakon Moksa. Untuk mengumpulkan tubuh dan jiwanya menjadi satu pada tanggal 20 Febuari 2017. Itu berati dua hari lagi acara akan dimulai. Benar-benar ada yang salah dengan percakapan dalam kepala ini. Ia harus membebaskan dirinya dari segala rupa kecemasan. Ia harus mempersiapkan dirinya agar sanggup menghadapi apapun yang terjadi nantinya. Tidak lagi usaha tubuh yang harus selalu baik setiap saat, sehat setiap saat. Namun, pikiran pun demikian. Kau harus menjadi kepala dalam perjalanan panjang ini. Tiba-tiba sebulir air mata meneteskan dirinya, mampu atau tidak aku akan menghadapi perjalanan panjang ini dengan segala macam rintangan. Walaupun tiada yang dapat menyokong kerapuhan kaki ini, bahkan pada saatnya aku harus termenung berbicara pada dinding-dinding kamar ketika rasa lelahku menghadapi tim panggungku. Apa yang salah dengan percakapan di dalam travel itu? Tubuhku sebentar lagi akan sampai pada medan perangnya. Tak boleh ia menunjukan keresahannya di antara seluruh prajurit yang akan ia pimpin. Ketika mereka harus menapaki segala macam tebing keresahan, sengat mentari membakar kulit arinya hingga mereka kelelahan menahan dahaga. Otak banal! Ia tak seharusnya memikirkan hal-hal yang buruk macam itu. Seharusnya dalam kondisi seperti ini, ia mampu menyuguhkan segala rupa kebahagiaan ketika semuanya terlaksana dengan baik. Bukan lagi memikirkan bagaimana aku harus mengelola konflik yang memusingkan.
Tunggu! Penulis skeptis! Begitu banyakkah pikiran busukmu tentang dirimu sendiri? Kau mampu mengelola konflik dalam batinmu itu sebagai bagaian dari caramu mempersiapkan mental. Akan ada banyak hal yang harus kau lampaui sendirian pada ujungnya. Nikmati saja sisi gelap dalam tubuhmu, menjadi orang skeptis yang gemar menulis. Bila kau yakin, kau akan mendapatkan kebahagiaan yang kau tuju.
Dan lagi, malam itu, di dalam mobil travel menuju Purwokerto, aku kembali ditertawakan angin.