Ketakutan ini kembali hadir.
Sebab diriku terlampau silau dalam kenyamanan, dan tiba saatnya aku harus melangkah sendirian, aku harus terjerembab dalam ketakutan.
Mungkin tak ada yang bisa ku jelaskan lagi perihal rasa, ada kecemburuan menguar dengan bijaksana.
Entahlah,
mungkin kau tak akan pernah membaca ini. Namun yang ku tahu kau tak akan pernah lagi menempatkan namaku pada urutan pertama perempuan terdekatmu, sebab yang ku rasa ialah yang terbaik. Yang bisa mengisi dengan indah hari-hari dalam sendumu.
Aku akan tetap menjadi yang kau butuhkan, aku akan tetap menjadi orang yang selalu kamu datangi.
Lelucon kita akan tetap sama.
Aku akan terus menertawai apa yang kau sebut lucu.
Aku sedang merasa sedikit kehilangan sosokmu yang selalu ada,
yang selalu dapat ku andalkan tanpa harus aku minta.
Permintaanku terwujud lucu, sebab kembali ku ingat saat-saat awal kita menamai diri sebagai sahabat baik.
Aku mengerti pasti kan ada hal yang tak kita inginkan sesuatu terjadi pada diri kita. Setidaknya kau masih sering menyapa tanpa harus aku yang memulai, jangan hanya diam dan seolah-olah kita sedang berada dalam lingkaran yang berbeda.
Mungkin, aku tak bisa membatasi lagi perihal rasa ini.
Aku sedang menyayangi.
Namun, aku mulai kehilangan.
Sungguh berat,
semoga kau tidak membaca ini, sahabatku.
Dn.